Berita Terbaru Seputar Karate Indonesia

Minggu, 12 Juni 2011

KOMPAS.com - Andai tak ada aral melintang, pada 2015, Indonesia akan menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Karate. Bertolak dari kesempatan itulah, Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Karate-Do Indonesia (PB FORKI) 2010-2014 Hendardji Soepandji mengatakan bakal menyiapkan sarana memadai. "Kejuaraan itu akan digelar di Kemayoran," kata Hendardji pada Kamis (10/2/2011).
Menurut Hendardji, lokasi pergelaran di bekas bandar udara internasional Jakarta itu merupakan bagian dari pengembangan kawasan yang kini menjadi superblok bisnis dan residensial tersebut. Kawasan Kemayoran melalui Pusat Pengelola Komplek Kemayoran (PPKK) berada di bawah naungan Sekretariat Negara. Bersama dengan Kawasan Gelora Bung Karno, Kemayoran merupakan Badan Layanan Umum (BLU). Sejak 6 Oktober 2010, Hendardji dilantik menjadi Direktur Utama PPKK menggantikan pejabat sebelumnya Djadjuk Nafsir.
Saat ini, luas Komplek Kemayoran mencapai 454 hektare. Dari jumlah itu, sesuai rencana pengembangan terbaru untuk 15 tahun ke depan, 100 hektare lahan merupakan peruntukan olahraga, rekreasi, dan seni. Pengelola, kelak, membangun sebuah gedung olahraga bertaraf internasional. Luasnya sekitar 48.000 meter persegi, bertingkat enam, dan mampu menampung hingga 25.000 penonton. Alhasil, sarana ini menjadi tempat penyelenggaraan Kejuaraan Dunia Karate. Menurut rencana, pembangunan akan rampung pada 2015. "Peserta kejuaraan ada 100 negara," imbuh Hendardji.
Masih berhubungan dengan sarana olahraga tersebut, pengelola Kemayoran berencana menggusur kawasan kumuh di belakang Masjid Akbar. Lahan tersebut bakal dijadikan lapangan hijau luas semacam stadion madya untuk menggelar pertandingan sepak bola. Kapasitas stadion itu sekitar 30.000 penonton. Pengelola juga akan membangun stadion renang berstandar Olimpiade berikut sejumlah arena terbuka lainnya untuk pertunjukan seni dan rekreasi.
Pengembangan Komplek Kemayoran, papar Hendardji akan menelan biaya Rp 7,2 triliun. Mayoritas dana, Rp 4 triliun, akan tersedot untuk pembangunan infrastruktur. Sementara, sisanya, Rp 3,2 triliun habis dipakai untuk pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum. 

Sejarah Karate shitoryu

Sabtu, 11 Juni 2011

lambang shitoryu

Sebuah teori mengatakan bahwa asal mula karate berasal dari ilmu bela diri Okinawa. TE atau OKINAWA-TE adalah seni bela diri asli setempat yang telah mengalami perkembangan berabad-abad lamanya, dan kemudian banyak dipengaruhi oleh teknik perkelahian yang dibawa oleh para ahli seni bela diri Cina yang mengungsi ke Okinawa. Sekitar Abad ke5, seorang pendeta Budha yang terkenal bernama Bodhidharma (Daruma Daishi) mengembara dari India ke Cina untuk menyebarkan dan membetulkan agama Budha yang menyimpang selama ini di Kerajaan Liang di bawah Kaisar Wu. Setelah perselisihannya dengan Kaisar Wu karena perbedaan pandangan dalam ajaran agama Budha, Bodhidharma mengasingkan diri di biara Shaolin Tsu di pegunungan Sung di bagian Selatan Loyang Ibukota Kerajaan Wei. Di situlah dia melanjutkan pengajarannya dalam agama Budha dan menjadi cikal-bakal Sekte Zen.
Para Rahib Budha Cina pada waktu itu begitu lemah badannya, sehingga mereka tidak dapat menjalankan pelajaran-pelajarannya dengan baik. Setelah dia tahu hal ini, dia memberikan Buku Kekuatan Fisik kepada murid-muridnya, suatu buku petunjuk mengenai latihan fisik. Buku ini mengajarkan teknik pukulan yang dinamakan 18 Arhat, yang kemudian menjadi terkenal sebagai Shaolin Chuan. Suatu pendapat lain mengatakan, bahwa cerita di atas tadi adalah dongeng semata-mata. Bagaimanapun juga Bodhidharma adalah anak laki-laki ke-3 (tiga) dari Raja India Selatan. Dan sebagai Pangeran, dia ahli ilmu perang yang menjadi salah satu pendidikannya, hal serupa dengan Sakyamuni. Lagi pula hanya orang dengan pikiran dan badan yang kuat yang dapat mengadakan perjalanan yang demikian jauh dan banyak rintangannya.
Seorang ahli ilmu bela diri lain yang sangat terkenal yang muncul pada jaman Dinasti Sung (920-1279 M) adalah Chang Sang Feng (Thio Sam Hong). Awalnya Chang belajar ilmu bela diri pada Shaolin Tsu , kemudian mengasingkan diri di gunung Wutang (Butong). Di tempat inilah dia mengamati macam-macam gerakan binatang, seperti kera, burung bangau, dan ular. Berdasarkan pengamatannya, dia menciptakan gaya perkelahian yang khas dengan pribadinya yang disebut aliran Wutang. Kalau Shaolin Chuan hanya dipraktekkan oleh para Pendeta Budha, maka aliran Wutang ini diperuntukkan orang awam yang tidak ada ikatan dengan aliran Kuil manapun. Chang mengaja rkan supaya menerima pukulan lawan dengan gaya lemah gemulai seperti air yang mengalir dan menyerang dengan satu kepastian untuk mengakhiri perlawanan dengan sekali pukul. Ciptaannya didasari dengan gagasan tentang harus adanya gerak melingkar yang luwes dan gerakan ujung yang tajam. Aliran ini selanjutnya punya dampak yang luas di dalam perkembangan seni bela diri di China. Gaya aliran Wutang ini segera tersebar merata di seluruh Wilayah China bagian utara yang pada masa kemudian akan berkembang menjadi Taichi-Chuan, Hsingi-Chuan, dan Pakua-Chuan.
Masih terdapat banyak tokoh seni bela diri yang menciptakan gaya dan aliran masing-masing. Diantaranya Chueh Yuan yang juga pernah belajar di Shaolin Tsu. Pada tahun 1151-1368 M dia berhasil menciptakan aliran baru dengan cara memperluas 18 pukulan Arhat menjadi 72 jurus. Dia berkeliling ke banyak Wilayah China dan kemudian bertemu dengan Po Yu Feng yang menciptakan pukulan Wu Chuan. Keduanya mengadakan kerjasama menciptakan satu aliran baru yang mencapai 170 macam gaya ilmu pukulan, diantaranya Lima Tinju, Tinju Naga, Tinju Harimau, Tinju Bangau, Tinju Macan Tutul, dan Tinju Ular. Di seluruh Wilayah CIna yang begitu luas, berbagai macam gaya dan aliran bela diri dikembangkan, yang akhirnya menyesuaikan diri deng an sifat-sifat lingkungan di mana gaya dan aliran itu berkembang dan dipraktekkan. Namun pada umumnya, berbagai aliran dan gaya yang ada dapat dibagi menjadi dua aliran yaitu aliran UTARA dan aliran SELATAN.
Aliran Selatan berasal dari daerah Cina Selatan di bagian hilir sungai Yang Tse. Karena beriklim sedang, sumber kegiatan ekonomi yang paling utama di wilayah ini adalah pertanian khususnya beras. Rakyat setempat cenderung bertubuh gempal dan kuat karena kegiatan kerja di sawah. Disamping itu di wilayah selatan terdapat banyak sekali sungai, sehingga alat lalu lintas yang utama adalah perahu. Dengan mendayung sehari-hari menyebabkan badan bagian atas lebih berkembang. Maka dengan demikian aliran selatan ini menekankan pada gaya melentur dan penggunaan tangan dan kepala.
Aliran Utara berkembang di wilayah Cina Utara di bagian hulu Sungai Yang Tse, dimana sifat daerahnya adalah pegunungan. Mengingat di wilayah ini banyak orang terlibat dengan perburuan binatang dan penebangan kayu sebagai sumber nafkah. Maka aliran utara ini lebih menekankan pada gerakan yang lincah dan penggunaan teknik tendangan.
Selama masa peralihan dari Dinasti Ming ke Dinasti Ching, sejumlah ahli bela diri China melarikan diri ke negara lain untuk membebaskan diri dari penindasan dan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang Manchu yang menguasai China. Sebagai akibatnya ilmu bela diri China dari Jaman Ming ini disebarkan ke berbagai negara lain termasuk ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan juga Kepulauan Okinawa. Salah seorang diantaranya Chen Yuan Pao yang menuju ke Jepang, dimana dia selanjutnya mengajarkan gagasan dan teknik Judo. Sampai pada abad ke-15 Kepulauan Okinawa terbagi menjadi 3 (tiga) Kerajaan. Dan pada tahun 1470 Youshi Sho dari golongan Sashikianji berhasil mempersatukan semua pulau di Kepulauan Okinawa di bawah kekuasaannya. Penguasa ke-2 dari golongan Sho, yaitu Shin Sho, menyita dan melarang penggunaan senjata tajam. Kemudian Keluarga Shimazu dari Pulau Kyushu berhasil menguasai Kepulauan Okinawa, tetapi larangan terhadap pemilikan senjata tajam masih terus diberlakukan. Sebagai akibatnya, rakyat hanya dapat mengandalkan pada kekuatan dan ketrampilan fisik mereka untuk membela diri.
Pada saat yang sama, ilmu bela diri dari Cina mulai diperkenalkan di Okinawa melalui para pengungsi yang berdatangan dari Cina yang saat itu sudah dikuasai oleh bangsa Manchu (Dinasti Ching). Diantara para pengungsi itu ada sejumlah ahli seni bela diri dari China. Pengaruh ilmu bela diri dari China ini dengan cepat sekali menjalar ke seluruh Kepulauan Okinawa. Melalui ketekunan dan kekerasan latihan, rakyat Okinawa berhasil mengembangkan sejenis gaya dan teknik berkelahi yang baru yang akhirnya melampaui sumber aslinya. Aliran-aliran seni bela diri Te (aslinya Tode atau Tote) di Okinawa terbagi menurut nama daerah perkembangannya menjadi Naha-te, Shuri-te, dan Tomari-te. Naha-te mirip dengan seni bela diri Cina aliran selatan, khususnya dalam pola gerakan yang dilaksanakan dengan gaya yang kokoh dan sangat tepat bagi orang yang bertubuh besar. Shuri-te mirip dengan seni bela diri Cina aliran utara yang pola gerakannya lebih menekankan kegesitan dan keringanan tubuh. Sementara kaum Shimazu makin memperketat larangan atas pemilikan senjata tajam, latihan pola bela diri Te ini makin berkembang.
Di Jepang sendiri juga telah ada pola bela diri sejak jaman dulu. Diantaranya yang sangat terkenal sampai saat ini ialah gulat Sumo. Dahulu Sumo sifatnya sangat keras dan ganas, dimana para pesertanya diperbolehkan saling pukul dan tenda ng dan secara mental memang sudah siap mati. Baru pada abad ke-8, pukulan dan tendangan yang mematikan tidak diperbolehkan lagi. Pertandingan Sumo kemudian sudah sangat mirip dengan pertandingan Sumo pada masa sekarang ini. Tokoh seni bela diri China yang mengungsi dari penjajahan bangsa Manchu juga tersebar ke seluruh Jepang. Berbagai macam gaya dan teknik yang mereka sebarkan menyebabkan timbulnya aliran-aliran baru. Di bawah pengaruh dan bimbingan Chen Yuan Pao, aliran Jiu Jitsu atau seni beladiri aliran lunak didirikan oleh beberapa tokoh beladiri Jepang. Konsep bahwa “Kelunakan dapat mengalahkan kekerasan” dinyatakan berasal dari China, dan aliran ini mengembangkan pengaruhnya yang penting pada pola bela diri lainnya. Diantaranya yang sangat populer ial ah Judo yang didirikan oleh Jigoro Kano.
Karena keuletannya untuk meneliti, melatih, dan mengembangkan diri, Judo telah berhasil diterima merata di seluruh Jepang sebagai satu cabang olah raga modern. Pada tahun 1923, Gichin Funakoshi yang lahir di Shuri, Okinawa pada tahun 1869 untuk pertama kalinya memperagakan Te atau Okinawa-Te ini di Jepang. Berturut-turut kemudian pada tahun 1929 tokoh-tokoh seperti Kenwa Mabuni, Choyun Miyagi berdatangan dari Okinawa dan menyebarkan karate di Jepang. Kenwa Mabuni menamakan alirannya Shitoryu, Choyun Miyagi menamakan alirannya Gojuryu, dan Gichin Funakoshi menamakan alirannya Shotokan. Okinawa Te ini yang telah dipengaruhi oleh teknik-teknik seni bela diri dari Cina, sekali lagi berbaur dengan seni bela diri yang sudah ada di Jepang, sehingga mengalami perubahan-perubahan dan berkembang menjadi Karate seperti sekarang ini. Berkat upaya keras dari para tokoh ahli seni bela diri ini selama periode setelah Perang Dunia II, Karate kini telah berkembang pesat ke seluruh dun ia dan menjadi olah raga seni bela diri paling populer di seluruh dunia. Masutatsu Oyama sendiri kemudian secara resmi mendirikan aliran Karate baru yang dinamakan Kyokushin pada tahun 1956.

Sejarah Karate Aliran WADORYU

Kamis, 09 Juni 2011

Hironori Otshuka, Chaerul A. Taman, Eriguchi

Diperkenalkan dan di kembangkan mula-mula oleh Mr. Horonori Ohtsuka, Saiko Sihang, Pimpinan tertinggi organisasi WADOKAI saat itudengan Kwartir Pusat di TOKYO. Aliran WADORYU resmi terbentuk pada tahun 1929 saat dimana Ohtsuka melepaskan diri dari Shotokan dan membentuk aliran wadoryu.
Aliran Wado yang berarti dengan jalan damai sesuai dengan makna dan tujuan serta itikad KARATE, yaitu menuju kedamaian.
Di Jepang merupakan 4 organisasi besar disamping 3 lainnya: Shotokan, Gojuryu, Shitoryu, kemudian muncul Rembukai dan Rengokai tempat berkumpul aliran-aliran kecil, lainnya, Kyokushinkai yang bergaya full contact.
Wado-ryu atau Wadoryu atau Wado Ryu (和道流) atau Wado saja adalah sebuah aliran Karate dari Jepang. Aliran ini diciptakan oleh Hironori Otsuka pada tahun 1934. Beliau menggabungkan teknik dari seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu dengan seni beladiri Okinawan Karate yang dipelajarinya dari Funakoshi (pendiri Shotokan Karate), Kenwa Mabuni (pendiri Shito-ryu Karate) dan Choki Motobu (tokoh Okinawan Kenpo).
Atas jasa-jasa beliau dalam mempopulerkan Karate dan Jujutsu, Hironori Otsuka diberi penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1970-an, dan sebelum wafatnya pada tahun 1982, beliau dianugerahi gelar “Meijin Judan” (manusia bijaksana, DAN-10) oleh keluarga kaisar. Sepeninggal beliau, organisasi Wado-ryu terpecah menjadi tiga yaitu Wado-ryu Renmei yang dipimpin oleh Jiro Otsuka, Wado Kokusai Renmei yang dipimpin oleh Tatsuo Suzuki, dan JKF-Wadokai yang dipimpin oleh alm. Eichi Eriguchi.
Wado-ryu selain dikenal sebuah aliran karate juga dikenal sebagai aliran jujitsu, karena didalam syllabus Wado-ryu juga diajarkan jujitsu dari aliran Shindo Yoshin-ryu seperti disebutkan diatas. Ciri khas Wado-ryu adalah memiliki KATA berpasangan seperti yang dimiliki oleh jujutsu, untuk melengkapi KATA sendirian seperti yang lazim dimiliki oleh sebuah aliran karate.
Adapun KATA yang dimainkan didalam aliran Wado-ryu adalah: Pinan 1-5, Naihanchi, Seishan, Chinto, Kushanku, Bassai, Rohai, Niseishi, Jion, Jitte. Ada juga beberapa versi Wado dari Kata Gojushiho, Matsumura Rohai, Suparimpei dan Unsu, namun belum secara resmi diterima oleh semua perguruan Wado. Sedangkan KATA berpasangan yang diadopsi dari Jujutsu adalah: Idori no Kata, Gyakunage no Kata, Fujin Goshinjutsu, Yakusoku Kihon Kumitegata, Tantodori dan Shinken Shirahadori. Beberapa perguruan Wado juga menerapkan Ohyo Kumite dan Goshin Jutsu Ohyo, yaitu aplikasi dan variasi teknik-teknik Wado-ryu Karate dan Jujutsu untuk situasi beladiri.
WADOKAI JEPANG
Organisasi Wadokai dibentuk di Jepang 1934 oleh murid-murid ohtsuka diantaranya Hideo Bo dan Eriguchi, merupakan sebuah organisasi karate tertua di Jepang saat ini. Pada tahun 1940 untuk pertama kalinya Wadoryu diperkenalkan pada masyarakat Jepang yaitu pada saat ulang tahun ke 44 Butokai (Perkumpulan Organisasi Ilmu-ilmu beladiri). Pada saat itu Ohtsuka sebagai pendiri Wadoryu mewakili Organisasi Karate dalam pertunjukan (embukai) yang cukup mengesankan di Tokyo.
Kemudian Organisasi Butokai dibubarkan oleh tentara sekutu yang menang perang dunia ke II. Organisasi yang terdiri atas Karate, Kendo, Judo, Aikido, (Jujitsu), Jukenzutsu (pedang samurai), Nagikata (bela diri wanita), dsb. Karena yang dilarang adalah terutama Judo dan Kendo serta Kenjutsu, maka Karate selamat dari pelarangan sehingga dapat berkembang dengan baik.
Wadokai pada saat itu dengan orientasi teknokrat dari universitas Tokyo, akhirnya menyebar luas keseluruh Jepang dengan Mahasiswa dan Dosen serta Alumni sebagai inti, keanggotaan bertambah setelah Eriguchi yang berpangkat Marsekal memasukkannya kedalam Angkatan Bersenjata Jepang.
 

Sejarah Karate Aliran GOJURYU

CHOJUN MIYAGI SENSEI

Teknik KARATE aliran GOJU diciptakan oleh CHOJUN MIYAGI SENSEI . Karate tersebut dilahirkan di pulau Okinawa. MIYAGI SENSEI melalui dunia karatenya telah mendapatkan julukan sebagai DEWA KEPALAN. Hal ini dikarenakan beliau telah banyak menyumbangkan tenaga dan fikirannya untuk perkembangan karate khususnya aliran GOJU.
MIYAGI SENSEI dilahirkan dari keluarga sederhana, pada tanggal 25 April 1888 di NAHA SHI. Pada usia 14 tahun,beliau telah mempelajari ilmu beladiri dengan orang sedesanya yang bernama HIGAONA KANRIO SENSEI.
HIGAONA KANRIO SENSEI selain belajar ilmu beladiri di OKINAWA, Beliau belajr pula ke daratan CINA di propinsi HOK KIAN. Pada usia 24 tahun, beliau bekerja sambil belajar ilmu beladiri selama 6 tahun, setelah itu beliau kembali ke kampung halamannya untuk mengajarkan ilmu yang beliau pelajari.
Dengan berlatih di dojo HIGAONA SENSEI selama 14 tahun, MIYAGI SENSEI belum merasa puas, maka dengan persetujuan dari HIGAONA SENSEI, beliau pergi ke daratan CINA di propinsi HOK KIAN untuk belajar ilmu beladiri selama 1 tahun. Tak lama kemudian HIGAONA SENSEI meninggal dunia dalam usia 60 tahun, Beliau meninggalkan beberapa anak didik.
Pada tahun 1942, MIYAGI SENSEI menjadi pelatih di PUSDIK KEPOLISIAN OKINAWA dan Fakultas Ekonomi OKINAWA. Lima tahun kemudian beliau menjabat sebagai Ketua Persatuan Olahraga Karate Okinawa. MIYAGI SENSEI sebagai pencipta ilmu beladiri, juga banyak menguasai kebudayaan Asia, beliau juga giat mempelajari berbagai macam pengetahuan tentang kesehatan.
Setelah tiga tahun menjabat sebagai Guru Besar di Kyoto University, tujuh tahun kemudian sebagai Guru Besar di Kansei University dan sepuluh tahun kemudian beliau mendirikan RETSUMIKAN UNIVERSITY yang sekaligus mengadakan demonstrasi diberbagai tempat. Apa yang beliau ajarkan dapat meluas ke pelosok negeri Sakura.
Dua belas tahun kemudian, di Kyoto dibuka DAI NIPPON BUTEKKIKAI (Organisasi Beladiri Jepang). Setelah 41 kali organisasi ini mendemonstrasikan kebolehannya, barulah untuk pertama kalinya MIYAGI SENSEI mendapat julukan Maha Guru dari Karate. Beberapa tahun kemudian MIYAGI SENSEI merantau ke HAWAII untuk mengembangkan ilmu beladiri di KARATE GOJURYU.
Pada tanggal 8 Oktober 1953, MIYAGI SENSEI meninggal dunia dalam usia 65 tahun. MIYAGI SENSEI meninggalkan kurang lebih 5000 anggota yang dilatihnya sendiri.
Sejak itulah maka KARATE-DO aliran GOJU yang diciptakan MIYAGI SENSEI meluas ke ke seluruh penjuru dunia. Perkembangan dunia karate pun melangkah maju dengan pesat, Sistem pertandingan serta teknik lainnya semakin disempurnakan.
Pada peringatan 10 tahun menginggalnya MIYAGI SENSEI, diadakan suatu apel besar dengan berbagai demonstrasi. Bersamaan dengan itu diresmikan pula patung MIYAGI SENSEI dengan ukuran setengan badan. Demikian pula dalam peringatannya yang ke-20 tahun.
GOJURYU berkembang dengan pesat di Jepang. Dan berdirilah ratusan macam organisasi GOJU baik besar maupun yang kecil. Walaupun telah terpecah menjadi berbagai macam organisasi, namun keseluruhannya telah membentuk suatu wadah persatuan GOJU yang besar. Nama tersebut adalah ALL JAPAN KARATE-DO FEDERATION GOJUKAI. Wadah ini tempar bernaung seluruh anggota organisasi karate aliran GOJU.
Dalam wadah tersebut, perstuan GOJURYU terdapat empat kelompok wadah kecil, yaitu:
1. GOJURYU KARATEDO FEDERATION
Yang di Ketuai oleh : MIYAGI KEI
2. ALL JAPAN KARATE DOSHIKAI
Yang di Ketuai oleh : ASADA ISAMU
Sedangkan 2 Kelompok wadah GOJURYU yang lainnya terdapat di Okinawa, yaitu :
1. OKINAWA GOJURYU ASOCIATION
Yang di Ketuai oleh : MIYARI EICHI
2. INTERNATIONAL KOBUDO KARATE FEDERATION
Yang di Ketuai oleh : HIKA SEIKICHI SHIHAN
Walaupun di Jepang telah terbentuk wadah GOJURYU, namun baik secara organisasi maupun perorangan masih ada yang tidak bernaung di bawahnya. Sampai saat ini di Jepang terdapat kurang lebih 200.000 orang anggota GOJURYU.
Dibawah ini adalah silsilah ringkas dari NAHATE sebagai induk GOJURYU dan SHITORYU.
Sebelas anak didik pertama dari MIYAGI SENSEI :
NO NAMA LAHIR WAFAT
01 NIZATO JINAN 1901 1945
02 HIKA SEIKOU 1903 1973
03 YAMAGUCHI GOUGEN 1909 1989
04 YAGI MEITOKU 1910
05 YOGI SANEET 1912
06 UEHARA YUKITOKU 1916
07 UJITA SHOZO 1917 1989
08 KAGAWA HARUYOSHI 1919
09 MIYAGI KEI 1919
10 MIYARI EICHI 1921
11 TADA SPIGOU 1922



Dalam menciptakan KARATE-DO GOJURYU, MIYAGI SENSEI telah menciptakan beberapa kata, antara lain :
1. FUKYU DAINI
2. TAIKYOKU
3. GEKSAI DAI ICHI
4. GEKSAI DAINI
5. TENSO
KATA SANCHIN yang terkenal di GOJURYU dan di SHITORYU pernah dinamakan KATA MIYAGI atau KATA HIGAONA. Kata ini diciptakan oleh MIYAGI SENSEI bersama-sama dengan rekan seperguruannya, MAFUNI KENWA SENSEI.
Untuk KATA lainnya diambil dari jurus-jurus ilmu beladiri dari HOK KIAN yang disempurnakan oleh para generasi penerus GOJURYU di Jepang.






GOJURYU KARATE-DO ASSOCIATION INDONESIA
Pada tahun 1965 sekelompok anggota J.A.D. (Judo Association Djakarta) yang berdomisili di Jl. Raya Mangga Besar No. 73 Jakarta, mempunyai idea untuk latihan Karatedo disamping Judo, maka dipimpin oleh Hartono (Siauw Hai Tjiap) dibentuklah J.K.A.D. (Jiu-jitsu Karatedo Association Djakarta), yang diasuh oleh Bapak Budi Dharma. Pada waktu itu pelatih untuk Jiu-jitsu adalah Pak Budi Dharma dan pelatih Karatedo adalah Pak Hutapea.
Pada tahun 1968 atas persetujuan Badan Pengurus J.K.A.D, maka pimpinan teknik Karatedo diserahkan pada seorang Japan bernama Kunihiro Ishii Dan II, dari Gojuryu Karatedo Shinbukan Japan dan sekaligus nama J.K.A.D. di ganti menjadi Gojuryu Karatedo Shinbukan Indonesia, pengurus harian diketuai oleh Pak Budi Dharma dan dibantu Hartono. Disamping Hartono latihan juga ada melatih Karatedo. Dojo yang dipimpinnya antara lain ada Dojo Pomindo, Budi Mulia, Taman Sari dan Tunas Jaya.
Pada tahun 1971 Hartono melanjutkan pelajaran Karatedo di Tokyo Japan Karatedo Gojukai Japan yang dipimpin oleh Gogen Yamaguchi dan diteruskan di Osaka Itami. Pada waktu itu di Indonesia sudah ada dua Perguruan Karatedo Gojuryu, Gojukai Karatedo Indonesia dipimpin oleh Pak Setyo Haryono yang menjadi anggota F.K.S.I (Federasi Karatedo Se-Indonesia), Gojuryu Shinbukan Indonesia oleh Pak Budi Dharma yang menjadi anggota P.O.R.K.I. (Persatuan Olahraga Karatedo Indonesia)
Sekembalinya Hartono dari Jepang, berdasarkan UUD 1945 Pasal..................................setiap warga negara berhak mendirikan Perkumpulan Olahraga.................... Dan mendapatkan dukungan dari Gojuryu yang ada di Indonesia, maka pada tanggal 25 Desember 1971 Oleh Hartono didirikan perkumpulan Karatedo yang bernama GOJURYU KARATEDO ASSOCIATION INDONESIA, Disingkat Gojuryu ASS, dengan para penasehat Pak Setyo Harjono dan Pak Budi Dharma.
Pada tahun 1972 Gojuryu ASS bersama Gojukai dan Gojuryu Shinbukan Indonesia resmi menjadi aggota F.O.R.K.I (Federasi Olahraga Karatedo Indonesia), selama itu sampai kini Gojuryu ASS aktif mengikuti semua kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh FORKI disamping dengan Perguruan Karatedo yang ada di Indonesia.
DEMIKIANLAH SEJARAH SINGKAT GOJURYU YANG DISARIKAN DARI BERBAGAI SUMBER BUKU KARATE TERBITAN JEPANG


Sejarah Karate Dunia

Gichin Funakoshi


Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.

Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.
Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti "Ryukyu Kempo : Karate" dan "Karate-do Kyohan". Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama "Shoto" sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan "Kan" yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.

Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.

Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.

Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.

Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu, Wadoryu dan Shitoryu.


Sumber : http://www.fokushotokan.com

follow


Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

About Me

delova photosghr
Lihat profil lengkapku